JURNALBIREUEN.COM | BANDA ACEH – Gubernur Hadiri Kuliah Umum Oleh KSAD Dudung di USK. Gubernur Aceh, Ir. H. Nova Iriansyah MT., menghadiri kuliah umum oleh Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Dudung Abdurrahman, di Universitas Syiah Kuala (Unsyiah).
Selain Gubernur Nova, juga hadir Wali Nanggroe Aceh, Pangdam Iskandar Muda, Kajati Aceh, dan juga Ketua PKK Aceh.
Rektor Unsyiah, Profesor Marwan menyatakan rasa terimakasihnya atas kehadiran KSAD di Unsyiah. Menjadi suatu yang sangat istimewa, di mana KSAD menjadi tokoh nasional pertama yang hadir di Unsyiah usai dirinya dilantik sebagai Rektor Universitas Syiah Kuala pada Rabu (9/2) kemarin.
“Semoga menjadi awal yang sangat baik bagi kita untuk membesarkan kampus ini dan bersinergi membangun Indonesia,” kata Profesor Marwan.
Rektor mengatakan, kampus Unsyiah dibangun atas kebersamaan antara TNI dan masyarakat. TNI saat itu bergotong royong bersama masyarakat Aceh, membersihkan kawasan kampus.
“Rektor Pertama Universitas Syiah Kuala adalah Pangdam Iskandar Muda, Kolonel Muhammad Yasin,” kata dia.
Rektor menyebutkan, jika Unsyiah menjadi contoh miniatur bagaimana keberagaman di Indonesia. Kampus ini mendidik mahasiswa dari seluruh Indonesia termasuk dari Provinsi Papua dan Papua Barat.
Bagi Rektor dan civitas akademika Unsyiah, para mahasiswa tersebut merupakan generasi penerus bangsa yang punya hak yang sama untuk mengenyam pendidikan.
KSAD Jenderal Dudung mengaku bangga datang ke Aceh. Ia menyebutkan penting menyampaikan pesan-pesan kebersamaan dan nasionalisme kepada para mahasiswa.
“Bangsa ini milik bersama, bukan milik sekelompok tertentu. Ingat bahwa semangat pendiri bangsa dalam menyusun dasar negara adalah munculnya kerelaan untuk mementingkan kepentingan bangsa daripada kepentingan pribadi,” kata Jenderal Dudung.
Sumbangan rakyat Aceh dalam perjuangan bangsa, kata Jenderal Dudung, diwujudkan dalam banyak hal. Mulai dari mendukung seluruh biaya operasional Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI), yang semula berkedudukan di Bukit Tinggi, tapi karena alasan keamanan kemudian dipindahkan ke Kutaraja Aceh.
Selain itu, rakyat Aceh juga menyumbangkan 2 pesawat terbang yang kemudian dipakai sebagai ujung tombak perjuangan diplomasi ke luar negeri, yang telah menyuplai kebutuhan pokok operasi perwakilan RI di luar negeri, maupun menerobos blokade udara Belanda dalam perang kemerdekaan RI.
“Satu-satunya Provinsi yang menyumbangkan pesawat adalah Provinsi Aceh. Dan inilah bukti dari nilai-nilai kebangsaan, yang lebih mementingkan kepentingan umum daripada pribadi,” kata Jenderal Dudung.